Mengenal Bintan Lebih Dekat

Saat ini, Bintan sudah terkenal dengan resort-resort mewah dan pantainya yang berkilauan nan eksotis. Tapi, tahukah Anda tentang sejarah pulau ini secara mendalam? Well, izinkan kami membawa Anda ke jalur kenangan.

Berabad-abad yang lalu, Bintan terkenal sebagai pusat perdagangan di Asia. Bintan adalah tempat berkumpulnya para pedagang dari seluruh dunia, terutama dari China, Timur Tengah, dan India. Pedagang dari Indonesia membeli rempah-rempah dari pulau lain sedangkan pedagang asing (seperti Tionghoa) datang ke Bintan untuk membawa teh, porselen dan sutra.

Karena letaknya yang strategis, Bintan menjadi salah satu jalur perdagangan paling banyak dikunjungi oleh para pedagang lokal dan asing. Hal ini terjadi pada abad ke-14 dimana Bintan dan Temasek (Singapura), sebagaimana tercatat dalam catatan maritim Tiongkok, merupakan salah satu pulau di kepulauan Riau yang dihuni oleh bajak laut Melayu.

Tak lama kemudian para pedagang asing terpana dengan pesona Bintan. Terletak di dekat Khatulistiwa, Bintan menikmati iklim tropis sepanjang tahun. Perpaduan sempurna antara perairan biru kehijauan yang hangat di Laut Cina Selatan dan pantai berpasir putih yang berkilauan, Bintan adalah impian bagi pedagang dan penduduk.

Banyak pedagang yang akhirnya memutuskan untuk menetap di Bintan dan menikah dengan penduduk setempat. Begitulah Riau dan Bintan menjadi rumah bagi perantau Melayu dan laut serta pendatang dari China, India, dan Timur Tengah. Sejarah Bintan merupakan produk asimilasi budaya di antara orang-orang ini. Signifikansi keindahan alam dan keragaman budaya Bintan adalah alasan wisatawan yang tak terhitung jumlahnya tertarik ke surga di Bumi ini.

Letak Bintan yang strategis awalnya diperebutkan oleh banyak pihak. Bintan pernah menjadi bagian dari “segitiga perang” antara Portugis, Kesultanan Johor, dan orang Aceh di Sumatera utara. Bintan menyaksikan banyak penguasa tumbuh dan merosot dari kekuasaannya. Sebagian besar dari mereka mencoba untuk menguasai wilayah tersebut karena Bintan adalah tempat penting bagi para pedagang.

Sebelum merdeka, Bintan diduduki oleh tiga penjajah Indonesia: Inggris, Belanda, dan Jepang. Pada abad ke-18, Bintan diduduki oleh the English East India Company sebagai pelabuhan yang cocok untuk perdagangan maritim. Pada tahun 1911, Bintan menjadi koloni Belanda. Ketika Jepang memasuki kawasan itu pada tahun 1942, Bintan pun dikuasai oleh mereka. Tidak lama kemudian Bintan menjadi bagian dari provinsi Riau setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Berjarak hanya satu jam perjalanan feri dari Singapura, pemerintah Indonesia sangat berambisi menjadikan Bintan sebagai tujuan wisata utama di bagian barat Indonesia. Pada tahun 1990-an, arus kas masuk ke Bintan yang sangat menguntungkan karena Bintan membutuhkan investasi asing untuk pembangunan ekonominya sendiri.

Sejak itu, banyak pengembang resor dan perusahaan membanjiri pulau yang menghasilkan ratusan resor mewah dan tempat rekreasi di pulau itu. Meski Bintan mengalami pasang surut dalam perkembangannya, kerja kerasnya membuahkan hasil. Bintan sekarang dapat memamerkan resor dan tempat liburan kelas atas berstandar internasional, salah satunya adalah Crystal Lagoon, air laut buatan manusia terbesar di Asia.

Perekonomian Bintan saat ini sangat bergantung pada pariwisata. Mengingat kedekatannya dengan hub regional seperti Singapura, Jakarta, dan Johor Bahru, tidak mengherankan jika Bintan mendapatkan popularitasnya sebagai tujuan wisata internasional utama dalam sekejap. Wisatawan, baik lokal maupun internasional, tertarik pada keindahan alam pulau serta sejarah dan warisan budayanya.